Macam
mati pada kalangan sufi
Untuk menempuh musyahadah, melalui
pintu mati ada 4 tingkatan :
1.
Mati tabi’i
Menurut ahli
tariqat mati ini terjadi dengan karunia Allah pada saat dzikir qalbi di dalam
dzikir lathaif. Dan ini merupakan pintu musyahadah pertama dengan Allah.
Pada hal
semacam ini akal fikiran mulai tidak berjalan lagi, melainkan terjadi dengan
ilham yang tiba tiba nur ilahi terbit dalam hati yang hadir dengan Allah. Lidah bergerak sendiri menyebut Allah,
Allah. Mulai masuk pada fana Af’al dan
Tajalli fil Af’al, dimana gerak dan diam hanya pada Allah.
2.
Mati ma’nawi
Menurut ahli
tariqat mati ini terjadi dengan karunia Allah pada saat melakukan dzikir lathifatur ruh dalam dzikir
lathaif, ketika itu penglihatan secara
lahir menjadi hilang lenyap dan mata batin menguasai penglihatan.dzikir
Allah pada tigkat ini semakin meresap tembus pada diri dimana dzikir sudah
terasa amat panasnya di sekujur tubuh dan
diserap bulu roma badan. Perasaan keinsanan tercengang, bimbang, semua
persendian gemetar, bisa juga terus pingsan. Telah memasuki fana kedua yakni
fana fisshifat sifat kebaharuan lenyap tinggal sifat tuhan yang sempurna dan
azali.” Tiada hidup selain Allah”.
3.
Mati suri
Terjadi saat
seorang salik melakukan dzikir
lathifatus sirri dalam dzikir
lathaif. Ketika itu sifat keinsanan lenyap
ditelan oleh alam ghoib alam malakut yang penuh dengan nur cahaya. Yang
baqa adalah Nurullah, nur shifatullah, nur asmaullah, nur dzatullah dan nur ala
nurin.
4.
Mati hissi
Menurut ahli
tariqat mati ini terjadi dengan karunia Allah pada saat seorang salik melakukan
dzikir lathaifathul hafi dalam
dzikir lathaif, seorang salik telah mencapai ma’rifat dengan maqam tertinggi,
lenyaplah sifat keinsanan yang baru yang tinggal hanyalah sifat sifat tuhan
yang qadim azali. Menanjaklah batin keinsanan lebur kedalam kebaqa’an Allah
yang Qadim bersatu antara ‘Abid dan ma’bud. Seorang salik telah mengalami
keadaan yang tidak pernah dilihat oleh
mata, tidak pernah didengar telinga, tidak pernah melintas pada hati
manusia dan tidak mungkin dishifati, tetapi akan mengerti siapa saja yang telah
merasainya.
Apabila
seseorang telah mendapatkan karunia Allah dengan musyahadah, maka dengan
sendirinya akan lenyaplah segala hijab dari sifat sifat basyariyah, nampaknya Allah atau tajalli.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar